Media Asing Sorot Rapat Kabinet Perdana Jokowi di IKN, Sebut Ini

Media asing menyoroti langkah pemerintah RI melakukan rapat kabinet pertamanya di ibu kota Nusantara (IKN), Senin. Ini setidaknya terlihat di laman media Prancis, AFP dalam artikel “Indonesia president holds first cabinet meeting in future capital”.

“Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada hari Senin menggelar rapat kabinet pertamanya di ibu kota masa depan negara ini, meskipun sebagian besar kota masih dalam tahap pembangunan karena terlambat dari jadwal,” tulisnya, dikutip Selasa (13/8/2024).

“Megaproyek senilai US$32 miliar (sekitar Rp 510 triliun) Nusantara diharapkan akan diresmikan pada tanggal 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia, tetapi keterlambatan pembangunan dan kendala pendanaan telah menimbulkan keraguan mengenai jadwal tersebut,” tambahnya lagi.

Dikatakan bagaimana Jokowi tetap memuji kota yang sedang dalam proses pembangunan itu, yang diharapkan akan sepenuhnya siap pada tahun 2045. Dimuat bagaimana ia mengatakan “tidak semua negara memiliki kesempatan, memiliki kemampuan untuk membangun ibu kota mereka mulai dari nol”.

Menteri Pertahanan RI dan juga presiden terpilih Prabowo Subianto juga dilaporkan ikut dalam rapat kabinet di IKN itu. Ditulis bagaimana Prabowo berjanji untuk melanjutkan ibu kota yang akan dibangun setelah ia menjabat pada bulan Oktober.

“Menghilangkan keraguan atas kesediaannya untuk melaksanakan proyek warisan Jokowi,” muat AFP lagi.

“Jokowi menghidupkan kembali rencana yang telah lama tertunda untuk memindahkan ibu kota segera setelah menjabat pada tahun 2019 setelah para ahli memperingatkan Jakarta, kota besar berpenduduk 12 juta orang, akan tenggelam,” tulisnya.

Hal senada juga dimuat laman asing lain, Reuters. Disebut bahwa ini menjadi upaya Jokowi yang segera meninggalkan jabatan presiden untuk meyakinkan investor bahwa IKN akan tetap berjalan.

“Presiden Indonesia Joko Widodo mengadakan rapat kabinet pertamanya di ibu kota barunya yang direncanakan, Nusantara, pada hari Senin, saat pemimpin yang akan lengser tersebut berusaha meyakinkan investor bahwa megaproyek senilai US$32 miliar miliknya tetap berjalan sesuai rencana sebelum ia lengser pada bulan Oktober ini,” muatnya di artikel berjudul “Indonesia holds first cabinet meeting in planned new capital, Nusantara”.

“Bertahun-tahun setelah mengumumkan proyek infrastruktur andalannya, yang dimaksudkan untuk meringankan beban Jakarta yang padat, tenggelam, dan kelebihan penduduk, Nusantara telah menghadapi berbagai masalah, termasuk keterlambatan konstruksi dan kurangnya investasi asing,” tambahnya lagi.

Sementara itu, media Jepang Nikkei membuat lima sorotan khusus soal rapat Jokowi di IKN. Mulai dari apakah Nusantara akan resmi menjadi ibu kota baru RI, lalu seberapa lengkap pembangunannya dan kapan pemerintah akan mulai pindah ke sana, apakah pemerintah telah mendapatkan cukup komitmen dari sektor swasta untuk melanjutkan proyek, seberapa besar komitmen Prabowo terhadap pemindahan ibu kota, dan bagaimana Nusantara menjadi kota hijau dan smart city.

“Perusahaan teknologi Jepang NEC ingin berpartisipasi dalam eksperimen teknologi kota pintar di Nusantara pada akhir tahun ini,” tambah laman itu memuat komentar salah satu petinggi perusahaan Jepang, tersebut, Joji Yamamoto, presiden direktur unit perusahaan Indonesia.

“Di ibu kota baru … kami dapat membantu menciptakan kota yang maju dan ramah lingkungan, dengan menggunakan teknologi kami, sistem Kota Pintar NEC,” tulisnya.

Aneh! Terbang ke Seoul Lebih Murah daripada ke Jayapura, Kok Bisa?

Harga tiket pesawat domestik menjadi sorotan karena harganya yang tergolong lebih mahal dibanding luar negeri. Sebagai gambaran, tiket Jakarta-Seoul untuk keberangkatan 5 September 2024 mendatang hanya Rp 2,1 juta untuk kelas ekonomi, bahkan pada akhir Juni lalu harganya ada di Rp 1,8 jutaan.

Di kelas yang sama untuk 5 September harga tiket pesawat kelas ekonomi termurah rute Jakarta-Jayapura di angka Rp 4.228.300 menggunakan Sriwijaya Air. Biaya tersebut sudah termasuk ke dalam bagasi 20 Kg.

Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman mengungkapkan alasan bisa murahnya harga tiket penerbangan internasional karena terkait regulasi tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB) dari pemerintah.

“Iya, karena nggak ada TBA di tiket internasional, jadi mereka bebas mau jual di berapa aja. Air Asia jual dari harga paling murah dia nunggu aja sampai harga kejual mahal. Mahalnya ya lumayan. Belum lagi ancillary tambahan lainnya, seperti makanan,” kata Gerry kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/8/2024).

“Kalau untuk tiket dalam negeri, ya kepentok TBA, jadi pas rame pun jual harganya segitu-segitu aja, maka airline gak bisa bebas main harganya,” lanjutnya.

Karenanya perbedaan harga tiket ekonomi ke rute luar negeri bisa jomplang, misalnya tiket termurah Jakarta-Singapura 1 Juli 2025 di Rp 417 ribuan dengan Scoot, namun tiket termahalnya tembus Rp 2,6 juta dengan Singapore Airlines, padahal keduanya sama-sama ekonomi.

“Mereka main ke Singapura dengan harga bebas, bisa kompetitif dengan maskapai asing. Di luar, mereka bisa charge harga premium di high season, di harga yang jauh lebih tinggi dibanding di Indonesia,” ujar Gerry.

Selain itu, di dalam negeri maskapai harus menanggung banyak beban biaya yang akhirnya menjadi beban konsumen, misalnya pajak tiket penerbangan, kemudian Iuran Wajib Jasa Raharja (IWJR), serta PSC atau airport tax.

“LCC aja biayanya Rp 560-600 ribu sejam di domestik, baru basic fare plus fuel surcharge. Tambah PPN 11%, IWJR, plus PSC (dan PPN PSC),” kata Gerry.

Di sisi lain, maskapai juga bisa mencari keuntungan lebih dari bisnis kargo dibanding bagasi dari penumpang. Alhasil harga tiket penumpang bisa lebih ditekan.

“Karena cuma pakai 737 dan A320, bawa kargo nggak bisa banyak. Beda kalau pakai widebody ke Jepang, kargonya banyak dan per kilogram kargo lebih menguntungkan dibanding per kilogram penumpang,” sebut Gerry.

Areas with high TB cases to get portable X-rays: Sadikin

 Health Minister Budi Gunadi Sadikin has said that his ministry will distribute portable X-rays to areas with high incidence of tuberculosis in a bid to promote screening of children for the disease.

In a statement received here on Friday, he noted that in children, tuberculosis cannot be physically observed, and they cannot be forced to cough, hence their screening requires the use of Roentgen rays, for instance, with the help of portable X-rays.

“As for national scale need, we feel like each province must have two portable X-rays, but right now, we want to prioritize it to provinces which have high TBC cases,” Sadikin informed at the TBC campaign during National Children’s Day commemoration in Bandung on Friday.

According to him, the portable X-rays are aids given by United Arab Emirates. Currently, there are 25 such devices in Indonesia, which are spread across 15 districts and cities in 8 provinces prioritized for TB elimination by 2030.

The prioritized areas, he added, are Banten, West Java, Central Java, East Java, East Nusa Tenggara, South Sulawesi, North Sumatra, and Maluku.

He said he expects that after the initiative in Bandung, other areas that receive the devices will immediately pursue active case finding in August 2024.

Sadikin highlighted that Indonesia has the second-highest TB cases after India. It records 1.060 million new cases and 134 thousand deaths every year — that means, there are 15 deaths from TB per hour in the country.

“Which is why currently, the government, after the COVID-19 pandemic, has been aggressively handing TBC (through) surveillance, to find just where they (the patients) are,” he explained.

The minister informed that the surveillance team detected at least 500 thousand cases in 2021, 700 cases in 2022, and 800 thousand cases in 2023.

“It is expected that this year, 900 thousand TBC cases will be detected. Because if THC cases are found, (they) can immediately be treated. Only four to six months can be healthy,” he said.

He stressed that TBC patients will not infect others if they receive treatment, adding he expects the initiative to help suppress the number of cases.

Around 13 percent of Indonesians suffer from diabetes: Health Minister

Around 13 percent of Indonesia’s population, or about 35.8 million people, are suffering from diabetes, and their condition could worsen if not treated sustainably, Health Minister Budi Gunadi Sadikin said on Friday.

“If not treated, it could become a chronic disease,” he said.

Sadikin urged the public, particularly children, to start reducing their sugar consumption to prevent chronic disease.

He said that high consumption of sugary foods and drinks has been linked to kidney failure in children.

Taking note of the current trend of children taking sugary foods and drinks, Sadikin asked that sugar consumption be reduced to safe limits to lower the risk of disease.

“Sugar is the cause of all kinds of diseases, including kidneys, liver, stroke, and heart disease,” he said, adding that daily sugar intake must not exceed four teaspoons.

On the same occasion, West Java Acting Governor Bey Triadi Machmudin said that parents and family have an important role in ensuring healthy food consumption and reducing sugar, salt, and fat intake.

He urged the Health Ministry and related parties to immediately apply special labels to packaged food and drinks to prevent a spike in cases of children on dialysis, whose number has been detected to be high.

“We hope the labeling can give assurance to the public. For example, a green label means safe for consumption,” he explained.

Earlier, the Hasan Sadikin Central General Hospital (RSHS) in Bandung, West Java, assured there has been no spike in the number of child patients requiring dialysis or hemodialysis treatment at the hospital.

Dr. Ahmedz Widiasta from the nephrology division of RSHS said on Thursday that around 20 children undergo dialysis routinely every month at the hospital.

So far, the number of pediatric patients undergoing hemodialysis at RSHS is stable and has not shown a significant increase, he said. Some patients have been referred to get treatment at hospitals in their respective areas.