Gurun Sahara Tiba-Tiba Banjir, Ini Penampakannya

Sebuah Oasis tercermin di sebuah danau yang disebabkan oleh hujan lebat di kota gurun Merzouga, dekat Rachidia, tenggara Maroko, Rabu, 2 Oktober 2024. (AP Photo)

Bukti fenomena perubahan iklim terus bermunculan di muka bumi. Kali ini, bukti tersebut muncul di wilayah gurun pasir non-polar terbesar di dunia, Gurun Sahara.

Mengutip The Guardian, gambar-gambar dramatis telah muncul dari banjir pertama di Sahara dalam setengah abad. Banjir ini muncul dari curah hujan yang sangat tinggi yang melanda wilayah Maroko Tenggara, dengan sejumlah daerah mengalami hujan selama 24 jam.

Citra satelit dari NASA menunjukkan Danau Iriqui, dasar danau antara daerah Zagora dan Tata yang telah kering selama 50 tahun, sedang terisi. Berikut beberapa penampakannya:

“Sudah 30 hingga 50 tahun sejak kami mengalami hujan sebanyak ini dalam waktu yang sesingkat ini,” kata Houssine Youabeb, seorang pejabat badan meteorologi Maroko kepada Associated Press (AP), Senin (14/10/2024).

“Hujan seperti itu, yang oleh para ahli meteorologi disebut badai ekstra-tropis, dapat mengubah kondisi cuaca di wilayah tersebut dalam beberapa bulan dan tahun mendatang. Karena udara mengandung lebih banyak uap air, hal itu mendorong penguapan dan memicu lebih banyak badai,” tambahnya.

Banjir di Maroko menewaskan 18 orang bulan lalu, dan dampaknya meluas ke wilayah-wilayah yang terkena dampak gempa bumi tahun lalu. Ada juga laporan tentang waduk di negara itu yang terisi dalam waktu cepat.

Sahara, yang luasnya 9,4 juta km persegi merupakan gurun panas terbesar di dunia. Gurun ini membentang di belasan negara di Afrika Utara, Tengah, dan Barat.

Kekeringan yang berulang telah menjadi masalah di banyak negara ini karena peristiwa cuaca ekstrem meningkat akibat pemanasan global. Hal itu telah menyebabkan prediksi dari para ilmuwan bahwa badai serupa dapat terjadi di Sahara di masa mendatang.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Celeste Saulo, memberi pernyataan. Ia menyatakan  siklus air di seluruh dunia berubah dengan frekuensi yang semakin meningkat.

“Sebagai akibat dari meningkatnya suhu, siklus hidrologi telah meningkat. Siklus ini juga menjadi lebih tidak menentu dan tidak dapat diprediksi, dan kita menghadapi masalah yang semakin besar, baik berupa terlalu banyak atau terlalu sedikit air,” katanya Senin.

https://blog-posmetromanto.online

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*