Reksa dana adalah salah satu instrumen investasi yang memiliki profil risiko bervariasi, mulai dari rendah, moderat, hingga tinggi. Karena itulah, reksa dana dapat menjadi pilihan investasi yang fleksibel untuk berbagai kondisi.
Bagi Anda yang berinvestasi dalam jangka pendek, reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap bisa menjadi pilihan yang tepat. Sementara untuk tujuan jangka panjang, reksa dana campuran, indeks, atau saham dapat memberikan potensi hasil yang lebih tinggi.
Namun, bagaimana cara kita memitigasi risiko dan memaksimalkan imbal hasil reksa dana di tengah kenaikan suku bunga acuan? Berikut beberapa tips yang dapat Anda terapkan.
Pakai indeks acuan untuk ukur kinerja
Melakukan benchmarking adalah langkah yang bisa diambil untuk menilai kinerja reksa dana, terutama dalam jangka panjang. Jika reksa dana tersebut secara konsisten menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks acuan, maka reksa dana tersebut layak dipertimbangkan.
Beberapa indeks acuan yang bisa Anda gunakan sebagai pembanding adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Obligasi Negara, dan bunga deposito.
Anda juga dapat membandingkan kinerja beberapa reksa dana dalam periode tertentu untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Switching atau top up reksa dana bila perlu
Diversifikasi produk reksa dana adalah kunci dalam memaksimalkan imbal hasil investasi. Namun, penting juga untuk melakukan switching atau pengalihan produk dengan memperhatikan kondisi pasar.
Misalnya, ketika pasar obligasi mengalami koreksi, nilai reksa dana pendapatan tetap Anda mungkin menurun. Dalam situasi seperti ini, Anda bisa mempertimbangkan untuk mengalihkan investasi ke reksa dana pasar uang yang lebih stabil.
Selain itu, jika Anda melihat penurunan pasar sebagai kesempatan, Anda bisa melakukan top up atau menambah investasi di reksa dana tersebut untuk membeli dengan harga yang lebih murah.
Dengan strategi yang tepat, Anda dapat mengoptimalkan imbal hasil dari reksa dana sekaligus mengelola risiko investasi.